Banten kini berada di persimpangan penting dalam sejarah provinsi ini, terutama dengan rencana pembentukan daerah otonomi baru yang diharapkan dapat mendorong pembangunan dan pemerataan kesejahteraan.
Sebagai generasi yang tumbuh di era digital dan globalisasi, kami menginginkan otonomi baru ini tidak hanya menjadi simbol administratif, tetapi menjadi wadah nyata untuk mempercepat kemajuan sosial-ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat muda.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Banten menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Banten pada triwulan I tahun 2025 mencapai 5,19 persen, sedikit lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya yang berkisar antara 4,8 sampai 5,6 persen. Namun, angka ini masih harus diimbangi dengan penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan yang signifikan, yang masih menjadi tantangan utama di provinsi ini.
Pertumbuhan ekonomi yang positif belum tentu dirasakan merata oleh seluruh lapisan masyarakat, terutama generasi muda yang masih menghadapi kesulitan dalam mendapatkan akses pendidikan berkualitas, lapangan kerja yang layak, dan fasilitas publik yang memadai. Oleh karena itu, daerah otonomi baru harus mampu menghadirkan kebijakan yang inklusif dan berorientasi pada pemberdayaan generasi muda dengan menyediakan program pelatihan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri masa kini serta mendorong kewirausahaan digital yang semakin berkembang.
Kami menginginkan daerah otonomi baru di Banten mampu menyediakan lapangan kerja yang memadai dan berkualitas, terutama bagi kaum muda yang saat ini menghadapi tingkat pengangguran terbuka yang masih perlu diperbaiki.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), partisipasi angkatan kerja usia 15 tahun ke atas perlu difokuskan pada peningkatan keterampilan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja modern. Selain itu, generasi muda berharap pemerintah daerah baru dapat memperkuat akses pendidikan dan pelatihan vokasi yang adaptif terhadap perkembangan teknologi digital, mengingat transformasi digital sudah mengubah pola perilaku masyarakat dan kebutuhan layanan keuangan di Banten.
Dengan demikian, otonomi baru harus menjadi motor penggerak inovasi dan inklusi digital yang membuka peluang usaha dan kewirausahaan bagi pemuda.
Selain aspek ekonomi dan pendidikan, kami juga menuntut tata kelola pemerintahan yang transparan, partisipatif, dan responsif terhadap aspirasi generasi muda. Daerah otonomi baru harus mampu menghadirkan kebijakan yang mendorong keterlibatan aktif pemuda dalam perencanaan pembangunan, sehingga suara kami tidak hanya didengar tetapi juga diimplementasikan. Hal ini penting mengingat potensi demografis Banten yang terus tumbuh dengan laju penduduk sekitar 1,1 persen per tahun, yang mayoritas adalah generasi produktif.
Kami ingin otonomi baru ini menjadi ruang yang mendukung kreativitas, budaya lokal, dan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, memanfaatkan keindahan alam dan warisan budaya Banten sebagai sumber penghidupan alternatif yang ramah lingkungan.
Terakhir, kami berharap daerah otonomi baru dapat memperbaiki infrastruktur publik, termasuk transportasi dan fasilitas kesehatan, yang secara langsung berdampak pada kualitas hidup kami sehari-hari.
Pembangunan jalan tol Serang-Panimbang dan kawasan ekonomi khusus yang sudah mulai beroperasi adalah langkah positif, namun harus diikuti dengan peningkatan layanan dasar yang merata di seluruh wilayah. Dengan demikian, otonomi baru bukan hanya soal pemekaran wilayah, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan generasi muda sebagai agen perubahan yang berdaya saing dan berkontribusi nyata bagi kemajuan Banten.
Rizka Rahmayani
Mahasiswa Universitas Sultan Ageng Tirtayasa