hipotesa.id – Problem patriarkis yang telah membudaya di Indonesia tidak pernah usai. Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Dewan Pimpinan Kota , Mafruhah, saat memberikan sambutan dalam sebuah acara bertajuk “Saatnya Gerakan Perempuan Membangun Jalan Alternatif”, di gedung serbaguna Marga Wiwitan, Minggu, 31 Januari 2020.
Pupah, sapaan akrab Mafruhah melanjutkan, keadaan demikian terus terjadi karena perempuan yang maju dan merasa tertindas tidak mampu menata kembali gagasan-gagasan yang maju untuk pembebasan dirinya sendiri.
“Itu adalah keadaan umum bagi perempuan, dan saya sendiri juga merasakan begitu. Dalam diskusi ini, kita akan dimantik dan merumuskan bersama jalan seperti apa yang harus diambil perempuan untuk menuju pembebasannya, kata Pupah menggebu-gebu.
Dalam paparan diskusinya, Minar, dari Dewan Pimpinan Pusat API KARTINI, juga salah satu narasumber dalam diskusi memaparkan bahwa jalan alternatif yang perlu diambil oleh gerakan perempuan sekarang adalah dengan berpolitik praktis langsung.
“Kenapa harus partai, ya Karena partai politik dinilai bisa menjadi alat untuk membawa agenda politik perempuan yakni meningkatkan kesejahteraan sosial perempuan”, tutur minar.
Selain karena partai sebagai alat untuk membawa kesejahtetaan bagi perempuan, lanjut minar, partai Juga bisa dijadikan alat pengkritik serta mengkontrol kebijakan dipemerintah.
“Bisa juga partai dijadikan alat penyeimbang kekuasaan untuk memastikan kontrol kebijakannya supaya berpihak pada massa rakyat banyak, juga perempuan”, imbuhnya.
Tidak hanya sampai disitu, bagi Minar, dengan perempuan masuk dalam sebuah partai, maka perempuan akan terlibat membuat serta memutuskan kebijakan yang berpihak terhadap perempuan.
Dialog yang diselenggarakan untuk umum tersebut dihadiri oleh beberapa Narasumber antara lain: Encop Sofia, anggota DPRD Prov. Banten, Titin Kholowiyah, Presedium KAHMI Kab. Serang, dan Minar Cristin, perwakilan DPP API KARTINI.