• Redaksi
  • Kirim Tulisan
Friday, June 20, 2025
  • Login
Hipotesa
  • Berita
    • Pendidikan
    • Pemerintahan
    • Politik
  • Liputan Khusus
  • Opini
  • Tokoh Inspirasi
  • Islamika
  • Ekonomi dan Bisnis
No Result
View All Result
Hipotesa
No Result
View All Result
Home Feature

Potret Pemulung di TPSA Bagendung

Redaksi by Redaksi
March 8, 2021
in Feature
0
115
SHARES
2.9k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Memulung merupakan aktivitas keseharian Pak Ali (56) beserta istrinya di Tempat Pengelolaan Sampah Akhir (TPSA) yang terletak di Kampung Bagendung, Kecaman Cilegon, Kota Cilegon. Aku  siang itu sengaja menghampiri Pak Ali yang sedang istirahat di gubuknya yang reot dan bersanding duduk di kursi mendengarkan setiap curahan pengalamannya di tempat ini selama puluhan tahun. Pak Ali bukanlah satu-satunya pemulung yang ku temui siang itu. Masih ada beberapa orang lain yang sibuk melakukan pekerjaannya diatas tumpukan sampah, memungut sisa-sisa buangan warga kota yang berserakan dan memancarkan aroma tidak sedap.

“Tiap hari seperti ini pak?,” tanyaku, memecah kesunyian saat semuanya selesai diutarakan.

Baca Juga

Haura Al-Insiyyah Tokoh Feminisme dari Islam

January 5, 2023

Robert Baden Powell, Bapak Pendiri Gerakan Kepanduan Internasional

February 22, 2022

“Iya, tiap hari seperti ini,” jawabnya seperti sedang meratapi nasib.

Truk sampah melintas di depanku masuk ke TPSA Bagendung. Di bodi pintu truk yang berwarna kuning tua itu terlihat jelas tulisan ‘Dinas Lingkungan Hidup Kota Cilegon Tahun 2017’.

Tak terasa aku duduk sudah menghabiskan satu batang rokok. Terik mentari siang itu di kota Cilegon rasanya dekat sekali dengan ubun-ubun. Ditambah dengan angin kencang yang  seolah sedang melempari kami dengan aroma busuk sampah.

“Bapak, memang biasanya bau sampah menyengat seperti ini?,” tanyaku lagi, kali ini sembari menahan muka agar tak terlihat tidak bersahabat dengan sampah.

“Emang bau ya? Hahaha…  Cungur kite mah uis behal (hidung saya sudah kebal),” dengan menggunakan bahasa daerahnya beliau menjawab sambil berbahak-bahak seperti sedang menertawakan keadaan yang suram.

Wajar saja kalau Pak Ali kebal dengan bau sampah, sudah sejak lahir ia menetap disini. Bapak empat anak itu juga menjadi saksi bagaimana kali yang menjadi sumber penghidupan warga sekitar dan ladang tempat dimana mereka bercocok tanam, ditimbun menjadi tempat pembuangan sampah hingga menggunung.

“Dulu kami mandi di kali itu,” kata Pak Ali sembari mengangkat telunjuk menunjukan tempatnya kepada ku, dan menyingkirkan lalat yang terus melayang-layang di depan mukanya.

Walau begitu, dia mengakui bahwa sebetulnya ia tak bisa berdamai dengan bau sampah yang diangkut dari Pasar Induk. Maklum, beda dengan truk  yang membawa sampah rumah tangga. Truk dari Pasar  membawa sampah-sampah sayuran atau buah busuk.

Tumpukan sampah di TPSA Bagendung (Foto:Birin Sinichi/hipotesa.id)

Sampah Bagendung juga mencemari air sumur yang berubah keruh dan bau. Akibatnya, sejak beberapa tahun terakhir,  masyarakat sekitar harus membuat sumur bor masing-masing dan ada juga yang menggunakan air dari PDAM, dengan tidak disadari kebutuhan biaya air perbulan kurang lebih berkisar hingga Rp. 100.000 lebih.

Dihadapan sebelah kiri, ada beberapa pemulung yang lincah sekali memungut plastik dengan batang besi sederhana bersudut 90 derajat. Dengan ujung besi yang lancip, mereka tampak tidak pernah merasa terhambat dengan bau busuk sampah atau terik mentari yang menyengat. 

Sumyati, biasanya bekerja sejak pukul 09.00 hingga 16.00 Wib. Jika sedang beruntung, ia bisa mengumpulkan sampah berjenis plastik dan kertas hingga mencapai 200 kg. Namun itu sangat jarang sekali didapatinya, karena sampah yang banyak masuk adalah sampah-sampah sisa makanan dan sayuran busuk.

Sumyati akan memisahkan sampah-sampah yang sudah ia kumpulkan berdasarkan jenis: plastik, kertas, dan besi kaleng. Plastik pun dipisahkan lagi antara yang berwarna dan tidak berwarna. Setelahnya sampah-sampah itu akan dimasukkan kedalam karung ball.

“Satu kuintal itu 3-4 ball,”

Memilih sampah itu tak sembarangan. Ia harus memilah mana sampah yang dapat dijual dan mana yang tidak.

“Nanti kami dikira nipu bos,”

Yang dimaksud bos oleh Sumyati adalah para pengepul. Mereka pada umumnya datang menggunakan mobil pick up. Para pemulung langsung sibuk mengangkat karung-karung ball jika bos datang.

Pada tahun 2019, sempat terjadi kebakaran besar di TPSA Bagendung. Tak kurang dari enam hari api melahap gunungan sampah yang asapnya hampir menutup desa sekitar dan membuat batuk warga.

Eti, salah seorang penjaga warung kopi membenarkan cerita kebakaran tersebut, dan menyaksikan mobil-mobil pemadam hilir mudik di depan rumahnya.

“Banyak mobil pemadam kebakaran hilir mudik waktu itu. Seingat saya, api baru bisa dipadamkan setelah enam hari berlangsung,” tak ada kata setelahnya.

Entah sampai kapan orang-orang yang aku temui akan terus bekerja sebagai pemulung di TPSA Bagendung. Mungkin saja mereka memang tak punya pekerjaan lain, dan satu-satunya cara bertahan hidup dari kerasnya derita perkotaan adalah dengan memulung sampah hingga waktu yang tidak pernah bisa dipastikan.

Reporter: Birin Sinichi
Penulis: Birin Sinchi
Editor: Samsul Ma’arif

Tags: FeaturePemulungSampahTPSA Bagendung
Previous Post

Hayatun Nufus, Perintis TPQ di Tengah Pandemi

Next Post

Din Syamsuddin Dituding Radikal, Menag Yaqut: Jangan Gegabah Menilai Seseorang

Related Posts

Feature

Haura Al-Insiyyah Tokoh Feminisme dari Islam

January 5, 2023
Feature

Robert Baden Powell, Bapak Pendiri Gerakan Kepanduan Internasional

February 22, 2022
Feature

Tidurmu Tidak Berkualitas? Coba Lakukan Beberapa Hal ini!

February 2, 2022
Feature

Banyak Pesan Kehidupan dari Sosok Sundar Pichai Sang CEO Google

February 2, 2022
Feature

Seburuk-Buruk Ulama adalah Ulama yang Mengunjungi Penguasa, Benarkah Demikian?

February 1, 2022
Feature

Apa Arti Shio Macan Air Pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2022?

February 1, 2022
Next Post

Din Syamsuddin Dituding Radikal, Menag Yaqut: Jangan Gegabah Menilai Seseorang

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rame Banget!

  • Perdana! BGS Gelar Diklat Satpam Gada Madya, Polda Banten Apresiatif

    115 shares
    Share 46 Tweet 29
  • Bawaslu finds Crescent Star Party eligible for Indonesia’s 2019 elections

    100 shares
    Share 40 Tweet 25
  • Tau Anonymous? Begini Sejarah Kumpulan Hacker Ini

    4 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Pantai Mandalika Berok Anyer: Liburan Murah, Fasilitas Lengkap

    109 shares
    Share 44 Tweet 27
  • Demonstrasi Buruh Blokade Gerbang PT Bungasari, Forum Pengusaha Lokal : Sangat di Sesalkan

    104 shares
    Share 42 Tweet 26
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
© 2022 Hipotesa - Diproduksi by hipotesa.

No Result
View All Result
  • Berita
    • Pendidikan
    • Pemerintahan
    • Politik
  • Liputan Khusus
  • Opini
  • Tokoh Inspirasi
  • Islamika
  • Ekonomi dan Bisnis

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In