• Redaksi
  • Kirim Tulisan
Saturday, May 10, 2025
  • Login
Hipotesa
  • Berita
    • Pendidikan
    • Pemerintahan
    • Politik
  • Liputan Khusus
  • Opini
  • Tokoh Inspirasi
  • Islamika
  • Ekonomi dan Bisnis
No Result
View All Result
Hipotesa
No Result
View All Result
Home Feature

Sekilas Laksamana Chengho dan Pengaruhnya di Indonesia

Redaksi by Redaksi
February 1, 2022
in Feature, Tokoh Inspirasi
0
2
SHARES
608
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Laksamana Zheng He, atau Cheng Ho, Sam Po Kong, Sam Po Toa Lang, Sam Po Thay Jien, Sam Po Thai Kam, atau Haji Mahmud Shams (nama Arab) adalah seorang pelaut sekaligus penjelajah dunia terkenal yang berasal dari Cina yang melakukan beberapa perjalanan pada sekitar tahun 1405-1433 di masa pemerintahan Kaisal Yongle (kaisar ketiga Dinasti Ming). Laksamana Cheng Ho pernah menjadi pemimpin armada terbesar dan terkuat di dunia dengan membawa 300 kapal dengan 30 ribu tentara dan anak buah kapal.

Terlahir dengan nama Ma He pada tahun 1371 M, dan merupakan anak kedua dari Ma Hazhi dan Wen. Terlahir dari kedua orang tua yang berasal dari Yunnan dan bersuku Hui yang mayoritas beragama Islam, dimana ayahnya dikenal dengan nama Haji Ma, kata Hazhi sendiri diketahui berasal dari bahasa arab Hajj yang diberikan pada ayah Cheng Ho yang sudah melaksanakan ibadah haji di Mekkah.

Baca Juga

Peningkatan Kapasitas Masyarakat Kelurahan Sukmajaya dalam Penanggulangan Bencana

December 5, 2024

Menarik! Ajang Buka Bersama KNPI Cilegon Diisi Soft Launching Buku Pemuda Paripurna

April 6, 2024

Pada usia 12 tahun pasukan Ming berhasil menaklukkan Yunan, dan ayahnya Haji Ma yang merupakan seorang kepala suku memimpin perlawanan melawan Kaisar kedua dinasti Ming, dan beliau mati dalam pertempuran. Cheng Ho kecil sangat sedik dengan kepergian ayahnya, ditambah lagi melihat ibu dan adiknya yang ditawan.

Cheng Ho memberikan penawaran untuk menjadi kasim (abdi dalam) kerajaan Ming dan rela untuk dikebiri asalkan adik dan ibunya di bebaskan, melihat keberanian dari Cheng Ho, Jendral Poh Yu Te yang menjadi pemimpin pasukan kerajaan Ming di Yunan saat itu akhirnya memenuhi permintaan Cheng Ho tersebut. Cheng Ho dikenal sebagai kasim yang rajin, berdisiplin tinggi, dan taat dalam menjalankan ibadahnya sebagai seorang muslim.

Bahkan Cheng Ho juga aktif untuk membantu kerajaan Ming dalam memperluas daerah kekuasaannya, perawakannya yang tinggi besar dan wajah lebar membuatnya nampak gagah dan kharismatik untuk bisa dipercaya menjadi seorang pemimpin. Seorang sejarawan Cina menyebut bahwa Cheng Ho sering menunaikan ibadah di Mesjid Niuw Che yang merupakan mesjid tertua di Beijing yang dibangun oleh seorang imam dari Persia. Sampai sekarang Mesjid Niuw Che masih ada dan dilindungi oleh pemerintah Cina, selain itu mesjid ini juga dijadikan sebagai monumen Islam.

Dalam sejarah tercatat ada 7 kali misi penjelajahan yang dipimpin oleh Laksamana Cheng ho, ada banyak kerajaan dan negara yang dilewatinya saat itu, namun dengan kekuatan militer yang dimilikinya saat itu Cheng Ho selalu bersikap persuasif dan tidak melakukan penjajahan, meskipun misinya untuk memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Ming namun Cheng Ho menghormati kedaulatan kerajaan atau negara lain.
Penjelajahan Laksamana Cheng Ho

Pelayaran pertama pada sekitar tahun 1405, dimana sebelum berangkat Laksamana Cheng Ho memimpin armadanya untuk menunaikan ibadah shalat di sebuah mesjid di kota Quanzhou. Ekspedisi pertama ini mampu mencapai wilayah Selat Malaka, Sumatera dan Jawa.

Pada tahun 1407-1408 Laksamana Cheng Ho kembali melakukan penjelajahan laut kedua dengan rute yang sama namun mampu menembus sampai Srilanka. Ekspedisi yang ketiga dilakukan kembali pada tahun 1409-1411 dan kali ini mampu mencapai Srilanka, India, dan semenanjung Afrika

Pada misi penjelajahan keempat ditahun 1413-1415 Laksamana Cheng Ho mampu mencapai Teluk Persia, Afrika Timur (Mogadishu), Maladewa dan Aden. Ekspedisi yang kelima ditahun 1416-1419 mengulangi kembali rute penjelajahan keempat.

Pada penjelajahan yang keenam di tahun 1421-1422 rute perjalanan semakin luas dan mampu mencapa negara-negara di Jazirah Arab atau Timur Tengah, dan meskipun tidak ada bukti otentik tentang kehadiran Cheng Ho di Mekkah, namun sebagian orang meyakini bahwa pada ekspedisi keenam ini Cheng Ho melaksanakan rukun Islam kelima yaitu menunaikan ibadah Haji.

Pelayaran Laksamana Cheng Ho yang ketujuh pada tahun 1430-1433 mampu mencapai laut merah, Afrika dan Timur Tengah.

Kapal yang digunakan oleh Laksamana Cheng Ho disebut juga “kapal pusaka” dan merupakan kapal terbesar di abad ke-15, dimana panjangnya mencapai 138 m (44,4 zhang) dan lebar 56 m (18 zhang). Bahkan menurut sejarawan JV Mills kapal tersebut berkapasitas 2500 ton. Dan diperkirakan besarnya lima kali dari pada kapal Columbus. Model kapal Laksamna Cheng Ho ini kemudian menjadi inspirasi bagi petualang Portugal dan Spanyol untuk menjelajahi Asia.

Dalam setiap ekspedisi Laksamana Cheng Ho membawa perbekalan berupa hewan ternak yang digunakan sebagai bahan makanan bagi para anak buah kapalnya selama melakukan penjelajahan serta kain sutera untuk dijual. Dan setiap kali kembali dari penjelajahan Admiral Cheng Ho selalu membawa pulang berbagai buah tangan mulai dari penghargaan dari 30 lebih kerajaan, termasuk Raja Alagonakkara dari Sri Lankah yang bahkan datang ke Cina untuk meminta maaf pada Kaisar Tiongkok saat itu.

Barang-barang berupa kulit, getah poho, batu berharga seperti permata, ruby, emerald dan lain sebagainya. Bahkan beberapa binatang asli Afrika seperti Jerapah dari Raja Afrika saat itu juga dibawa pulang dan dipersembahkan pada kaisar.

Ketangguhan armada Laksamana Cheng Ho dalam melakukan penjelajahan membuat namanya terkenal, bahkan Majalah Life menempatkan Admiral Cheng Ho di urutan nomor 14 sebagai orang terpenting pada millennium terakhir. Peta navigasi yang digunakan Cheng Ho bahkan mampu merubah peta navigasi dunia.

Armada kapal Laksamana Cheng Ho merupakan yang terbesar sepanjang sejarah dan sampai saat ini kapal kayu yang digunakannya memiliki kayu terbanyak dan terbesar yang pernah ada. Admiral Cheng Ho dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, hal ini terbukti dari banyaknya armada laut yang dibawahnya, tapi beliau tidak pernah melakukan penjajahan di wilayah manapun armadanya merapat, bahkan Admiral Cheng Ho lebih suka melakukan pendekatan yang persuasif dan menjalin kerja sama dan bisnis dan tetap menjaga kedaulatan kerajaan yang disinggahinya, hal ini jugalah yang membuat proses asimilasi dengan masyarakat lokal dan penyebaran agama Islam berlangsung dengan damai.

Sebagai seorang muslim yang taat diketahui bahwa bulan Ramadan merupakan waktu yang paling disukai oleh Admiral Cheng Ho, dimana ketika Ramadan tiba Cheng Ho lebih memilih untuk pulang ke kampung halamannya untuk menjalankan ibadah puasa, karena merasa di kampungnya suasananya lebih semarak. Setiap kali berlayar Laksamana Cheng Ho selalu membawa tokoh muslim untuk memimpin berbagai aktivitas keagamaan selama pelayaran seperti penguburan jenazah di laut, memimpin shalat hajat saat armadanya harus menghadapi ganasnya badai dilautan, serta shalat berjamaah sebelum melakukan pelayaran.

Pengaruh Laksamana Cheng Ho di Indonesia

Laksamana Cheng Ho tercatat melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali dan setiap kali berlayar pasti selalu mengunjungi wilayah Indonesia. Saat singgah di Samudera Pasai, Cheng Ho memberikan buah tangan pada Sultan Aceh berupa lonceng raksasa “Cakra Donya” yang sampai saat ini masih tersimpan di mesium Banda Aceh.

Sedangkan saat berlabuh di Cirebon (Muara Jati) Laksamana Cheng Ho memberikan cindera mata pada Sultan Cirebon berupa piring keramik bertuliskan ayat kursi dan masih tersimpan di Keraton Cirebon. Laksamana Cheng Ho juga bahkan sempat mengunjungi kerajaan Majapahit dimasa pemerintahan Raja Wikramawardhana.

Bahkan di Semarang terdapat peninggalan Laksamana Cheng Ho berupa Kelenteng Sam Po Kong serta sebuah patung yang disebut Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong. Besarnya pengaruh di Semarang terjadi karena pada saat melakukan ekspedisi melalui Laut Jawa, salah satu orang kepercayaan Laksamana Cheng Ho menderita sakit keras, sehingga akhirnya armada harus merapat di pantai Simongan, Semarang. Di masa penyembuhan inilah proses asimilasi (pembauran) dan penyebaran agama Islam di Semarang berlangsung.

Admiral Cheng Ho juga dikenal sebagai orang yang dermawan dan peduli dengan kemakmuran mesjid, dimana tercatat pada tahun 1413 beliau mendukung renovasi Mesjid Qingging, dan pada tahun 1430 beliau juga merenovasi Mesjid San San di Nanjing yang rusak akibat kebakaran.

Ekspedisi terakhir yang dilakukan pada tahun 1432 di wilayah Lautan Hindia dan dan Sri Lanka. Setelah itu beliau lebih banyak menjalankan aktivitas keagamaan dan sebelum wafat beliau berpesan agar jenajahnya di benamkan di laut sebelum matahari terbenam.

Laksamana Cheng Ho wafat karena sakit dengan tasbih ditangannya. Kepergian sang legenda ditangisi oleh banyak orang, terutama para prajurit dan anak buah kapal yang pernah di pimpinnya.

Menurut sejarawan Cina, permintaan Laksamana Cheng Ho untuk dibenamkan dilaut tidak jadi dilakukan karena tidak ada seorangpun yang berani membenamkan jenazah sang pelaut ulung nan arif dan bijaksana ini, sehingga pada akhirnya jenazahnya di makamkan di depan sebuah mesjid di Nanjing dalam sebuah upacara kebesaran militer yang dihadiri langsung oleh Kaisar Dinasti Ming pengganti Kaisar Yongle yaitu Kaisar Xuande.

Tags: Laksamana Chengho
Previous Post

Hati-hati! Kanker Payudara Mengintai Kaum Milenial, Cegah dengan 4 Cara Ini

Next Post

Wilayah Fisik Menyempit, Musrenbangkel Gunung Sugih Fokus Kaji Pembangunan Non-Fisik

Related Posts

Berita

Peningkatan Kapasitas Masyarakat Kelurahan Sukmajaya dalam Penanggulangan Bencana

December 5, 2024
News

Menarik! Ajang Buka Bersama KNPI Cilegon Diisi Soft Launching Buku Pemuda Paripurna

April 6, 2024
Berita

Pergantian Pj Gubernur, Kandidat dan Harapan Masyarakat Adat

April 1, 2023
Tokoh Inspirasi

Dari Status Inspiratif Hingga Kursi Legislatif, Kisah Sukses Kang Mas Bae di Facebook

March 6, 2023
Ilustrasi Gambar  David Ricardo - hipotesa.id
Opini

David Ricardo – Ekonom Inggris Klasik, Dikenal karena Teori Perdagangan Bebas dan Komparatif

February 26, 2023
Adam Smith Bapak Ekonomi
Opini

Adam Smith- Bapak Ekonomi dan Penulis The Wealth of Nations

February 23, 2023
Next Post

Wilayah Fisik Menyempit, Musrenbangkel Gunung Sugih Fokus Kaji Pembangunan Non-Fisik

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rame Banget!

  • Hidup Tanpa Cinta: Sebuah Kehancuran atau Keindahan

    21 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Ketua FPCB Sampaikan Harapan untuk Ketua Kadin Kota Cilegon yang Baru

    101 shares
    Share 40 Tweet 25
  • Musrenbang kecamatan Cinangka Prioritaskan Pembangunan Fisik Jalan Desa

    101 shares
    Share 40 Tweet 25
  • Thomas Malthus – Ekonom Inggris klasik, terkenal karena karyanya “An Essay on the Principle of Population”

    113 shares
    Share 45 Tweet 28
  • PT Huma Riverside Bangun 80 Unit Perumahan Elit di Kelurahan Taman Baru, Cilegon

    102 shares
    Share 41 Tweet 26
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
© 2022 Hipotesa - Diproduksi by hipotesa.

No Result
View All Result
  • Berita
    • Pendidikan
    • Pemerintahan
    • Politik
  • Liputan Khusus
  • Opini
  • Tokoh Inspirasi
  • Islamika
  • Ekonomi dan Bisnis

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In