Cilegon, hipotesa.id – Koordinator Bidang Data dan Informasi pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Klas 1 Serang, Tarjono menyebutkan. Bahwa suhu dingin di Kota Cilegon pada malam hari merupakan akibat pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.
Ia mejelaskan bahwa pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin. Hal itu menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.
“Angin monsun Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga mengakibatkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Banten terasa dingin saat malam hari,” kata Tarjono, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon seluler, Rabu (28/7).
Sementara, untuk aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam, Tarjono memaparkan bahwa posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.
“Pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia,” paparnya.
Tak hanya itu, alasan lainnya adalah berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari. Sebab, tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.
Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar. Sehingga, kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. “ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari,” tutupnya.
Reporter: Dirman
Editor: Birin Sinichi