Cilegon, hipotesa.id – Pemerintah Kota Cilegon menggelar Apel Pasukan kesiapsiagaan penanganan bencana alam tsunami di depan Kantor Pemkot Cilegon, Jum’at, (03/12/21).
Sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan pada momen Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 (Nataru) di Kota Cilegon berpotensi terjadi tsunami hingga setinggi 8 meter.
“Hari ini kami melakukan Apel dalam rangka kesiapan, baik dari Pemerintah maupun non-Pemerintah, supaya minimal masyarakat tahu akan informasi dari BMKG pusat,” jelas Wali Kota Cilegon Helldy Agustian saat diwawancarai oleh awak media.
Dirinya juga mengaku sudah memberikan surat intruksi kepada Camat, Lurah, dan RT untuk menghimbau kepada masyarakat agar tidak merayakan Nataru dekat dengan pesisir pantai.
“Kami juga memberikan surat himbauan kepada seluruh Industri yang ada di Kota Cilegon, tentunya kami menghimbau agar supaya kesiapsiagaan dalam menghadapi kemungkinan terburuk bencana alam, mulai dari pengecekan sirine dan kami juga minta kepada Industri untuk melakukan simulasi, agar supaya karyawan yang ada di Industri memenuhi standar,” ujarnya.
Lebih lanjut, Helldy Agustian juga mengatakan Pemerintah Kota Cilegon sudah menyiapkan titik evakuasi untuk warga Cilegon jika becana alam tsunami terjadi.
“Untuk titik evakuasi kita ada dua wilayah. Pertama titik evakuasi sementara yaitu, SD Pulorida, SD gerem 3, Kecamatan Grogol, Lapangan terbuka palm hills, Lapangan terbuka Karangjetak, dan Kantor Kelurahan Randakari. Sedangkan titik evakuasi akhir, SMPN 4 Cilegon, Kelurahan Jombang Wetan, Kelurahan Gunung Sugih, dan daerah terbuka Lapangan terbuka Kubang Lumra Kidul,” kata Helldy Agustian.
Sementara itu, Kepala BPBD Kota Cilegon Nikmatullah mengatakan, BPBD siap melaksanakan tugas dari Pemerintah Kota Cilegon untuk menghadapi kemungkinan terburuk terjadinya bencana alam tsunami.
“Pada intinya kami siap melakukan tugas yang diperintahkan oleh Pemerintah Kota Cilegon. Apapun itu sesuai dengan kemampuan yang berada di dinas kami atau badan kami,” Jelasnya.
Namun ia mengaku, saat ini pihaknya masih kekurangan beberapa peralatan untuk mengevakuasi warga.
“Peralatan yang perlu ditambah, saya melihat perahu karet cuma ada satu, tapi kalau untuk peralatan yang lain sudah ada,” pungkasnya.