• Redaksi
  • Kirim Tulisan
Saturday, June 28, 2025
  • Login
Hipotesa
  • Berita
    • Pendidikan
    • Pemerintahan
    • Politik
  • Liputan Khusus
  • Opini
  • Tokoh Inspirasi
  • Islamika
  • Ekonomi dan Bisnis
No Result
View All Result
Hipotesa
No Result
View All Result
Home Opini

Demokrasi di Negeri Nepotisme

Redaksi by Redaksi
February 15, 2023
in Opini
0
102
SHARES
2.6k
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Opini, hipotesa.id – Indonesia termasuk negara terbesar yang menggunakan sistem pemerintahan demokrasi. Sebentar lagi kita masuk kedalam pemilu serentak di tahun 2024, dimana pergantian para pemangku pemerintahan Indonesia, baik itu Presiden (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif).

Pesta Demokrasi terus bergulir setiap lima tahun sekali yang setiap prosesnya terus-menerus mengalami kecacatan. Banyak keraguan tentang kualitas demokrasi di negara ini, baik dalam penyelenggara sampai dengan para peserta pemilu yang ikut berkontestasi, karena hanya memikirkan berkuasa dan menang, bukan untuk memperbaiki dan membangun negara Indonesia.

Baca Juga

Pengkaderan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Serang: Skala PRIORITAS (PRogresif, Integratif, Responsif, dan Sinergitas)

August 5, 2024

Tapera: Manifestasi Kegagalan Pemerintah dalam Menjamin Kesejahteraan Rakyat

June 22, 2024

Namun optimisme tentang memperbaiki demokrasi tak pernah surut dari tahun ke tahun, entah apa yang melatarbelakangi hal itu. Apa mungkin negara yang sudah merdeka 77 tahun lamanya ini belum menemukan sistem pemerintahan yang sesuai selain demokrasi ataukah memang demokrasi yang paling baik dan sesuai dengan pancasila, entahlah.

Menuju proses Pemilu 2024 sudah di mulai dari pembentukan penyelenggaranya, baik Itu KPU dan Bawaslu dari pusat sampai ke daerah-daerah seluruh negeri, sampai pada tataran Kecamatan dan Desa. Hal itu menyuguhkan segala polemik yang sangat nampak dimata masyarakat dari konsep rekruitmen yang terus-terusan bermasalah.

Konvensi dalam Rekruitmen Penyelenggara Pemilu

Sekarang penyelenggara pemilu sudah terbentuk di daerah-daerah sampai tataran kecamatan dan Desa, hasil dari rekruitmen KPU dan Bawaslu Kabupaten dengan proses prosedural yang terlihat seolah-olah tidak akan terjadi konsep Nepotisme, dari pendaftaran, verifikasi berkas, Tes tertulis dengan CAT dan Wawancara.

Rangkaian prosesnya terlihat sangat baik untuk menciptakan kualitas demokrasi pada pemilu 2024, namun sangat disayangkan, hal itu terjadi hanya sebagai pertunjukan bagi masyarakat saja, agar terkesan demokratis. karena konsep rekomendasi dari yang punya power atas itu, semua calon penyelengara bisa lolos, nepotisme terjadi di tataran bawah membuktikan bahwa ada konvensi dari aktor politisi atau yang berkepentingan dalam proses kepemiluan, karena harus orang terdekatnya saja kalau bukan nanti kepentingan nya tidak akan ada yang mengawal.

Bahkan sekarang masih berlangsung gugatan kepada DKPP terhadap para penyelenggara yang bermasalah khususnya yang rangkap jabatan, banyak para penyelenggara merangkap jabatan, karena sudah jadi syarat mutlak bahwa para penyelenggara pemilu harus bekerja penuh waktu. namun kenyataan banyak para penyelenggara yang double Jobs di tingkat Desa/Kelurahan dan Kecamatan.

Konvensi elit politik dalam menyusun penyelenggara pemilu dari tataran desa sampai Kabupaten atau mungkin provinsi atau pusat, pada akhirnya kredibilitas penyelenggara di tentukan bukan karena individu yang layak tapi rekomendasi yang kuat, bukankah hal ini menandakan adanya nepotisme yang sangat kuat dalam pembentukan penyelenggara pemilu.

Kerok Cikal Bakal Nepotisme

Jika kita telaah bersama apa sih yang melatarbelakangi Nepotisme itu terjadi, apakah untuk merawat kepentingannya tetap terjaga dengan baik, apa mungkin memang dalam membangun dan bekerja butuh orang yang se frekuensi sehingga nepotisme menjadi budaya yang akut untuk di hilangkan dalam negeri ini.

Menggunakan istilah “Kerok” (Ga Enakan) disini, dirasa pas untuk bisa me-Analogikan tentang cikal bakal terjadinya nepotisme di negeri ini, karena nepotisme seolah sudah mendarah daging dengan budaya negara Indonesia yang terkenal dengan negara ramah, Sksd (sok kenal sok dekat) dan santun orang-orangnya, ya seperti ketika ketemu orang baru dengan mengangguk dan tersenyum berbeda dengan negara-negara eropa.

jika kita telisik lebih dalam sebenarnya kerok adalah yang melatarbelakangi munculnya nepotisme, semisal kita jadi pejabat mana mungkin kita mencari orang lain, tentunya akan mengangkat orang terdekat dulu karena ‘kerok”. Baik itu orang terdekatnya seperti soudara, satu kelompok organisasi atau partai, hal itu menjadi sesuatu yang lumrah di negara ini. Jika kita melihat dampak dari nepotisme adalah ketidak profesionalitasan apalagi tentang persoalan jabatan kenegaraan, termasuk budaya rekom-rekom ini yang terus-terusan terjadi dan mengakibatkan kerusakaan dalam harapan demokrasi yang baik.

karena selalu ada istilah kerok jika kita punya orang terdekat yang tidak memilik kompetisi di bidangnya namun ia adalah orang terdekat kita, hal yang pasti kita akan mengangkat atau merekomendasikan ia untuk bekerja dalam bidang yang sebenarnya bukan kompetensi nya.

Jika nepotisme terus membudaya dalam lingkaran pemerintahan di negeri ini, hal yang wajar jika pembangunan lamban, karena mereka yang memiliki jabatan hanya bisa berkuasa tanpa bisa bekerja, maka hal pantas pemerintahan yang di hasilkan dengan proses demokrasi tak pernah baik, sekalipun proses demokrasi dijalankan dengan semestinya.

Tags: DemokrasiNepotismeOpini
Previous Post

Pemkot Cilegon Komitmen Tekan Angka Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak

Next Post

Polsek Purwakarta Adakan Anjangsana dan Tatap Muka Bersama Para Tokoh

Related Posts

Opini

Pengkaderan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Serang: Skala PRIORITAS (PRogresif, Integratif, Responsif, dan Sinergitas)

August 5, 2024
Opini

Tapera: Manifestasi Kegagalan Pemerintah dalam Menjamin Kesejahteraan Rakyat

June 22, 2024
Berita

Praktek Intoleransi Menjamur, Alumni UIN Jakarta Ajak Kaum Muda Galakan Dialog dan Perjumpaan

May 9, 2024
Opini

Tradisi Melanggar Di Era Mudik Lebaran

April 7, 2024
Opini

Hak Kekayaan Intelektual dalam Dunia Digital

April 6, 2024
Opini

Mudik dan Hari Kemenangan

April 4, 2024
Next Post

Polsek Purwakarta Adakan Anjangsana dan Tatap Muka Bersama Para Tokoh

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Rame Banget!

  • Dinilai Tidak Maksimal, Kesbangpol Balik Pertanyakan Mahasiswa

    276 shares
    Share 23 Tweet 14
  • Akbar Johan Dilantik Jadi Ketum ALFI, MD KAHMI Cilegon: Kami Menyambut Positif

    112 shares
    Share 45 Tweet 28
  • Haji Mumu Diminta untuk Tetap Nahkodai PB Al-Khairiyah

    43 shares
    Share 16 Tweet 10
  • Tradisi Ngumbah Keris Malam Satu Suro, Tujuannya Apa?

    128 shares
    Share 51 Tweet 32
  • Syekh Asnawi Caringin: Sang Teladan Sepanjang Zaman

    110 shares
    Share 53 Tweet 33
  • Redaksi
  • Kirim Tulisan
© 2022 Hipotesa - Diproduksi by hipotesa.

No Result
View All Result
  • Berita
    • Pendidikan
    • Pemerintahan
    • Politik
  • Liputan Khusus
  • Opini
  • Tokoh Inspirasi
  • Islamika
  • Ekonomi dan Bisnis

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In